Minggu, 22 Oktober 2017



BISNIS SANITASI
PROSPEK CERAH MASA DEPAN

20 Oktober 2017


Membaca undangan dari water.org untuk Media Visit di Rembang pada awalnya membuat dahi saya berkerut karena selama ini yang saya ketahui water.org hanya mengurusi air bersih beserta tata cara kelolanya. Sedangkan undangan kali ini adalah bertema sanitasi. Ternyata tanda tanya saya terjawab begitu memulai Media Visit di daerah Lasem. Water.org ternyata juga peduli dengan sanitasi sehat di tingkat rumah tangga. Organisasi nirlaba yang dipimpin oleh Matt Demon dan beranggotakan 16 negara  ini punya motto “Kita tidak akan keluar dari kemiskinan tanpa memperbaiki air dan sanitasi”.
Dan dalam perjalanannya mewujudkan sanitasi sehat water.org bermitra dengan Lembaga Keuangan BMT Bina Ummat Sejahtera yang memberikan kredit kepada masyarakat untuk sarana pembuatan jamban sehat.


Bagi sebagian pelaku bisnis mungkin terdengar masih asing atau bahkan aneh ada Lembaga Keuangan yang mau-maunya bergelut di bidang sanitasi, apalagi yang menyamngkut masyarakat kelas bawah yang kemampuan ekonominya meragukan untuk dijkucuri kredit. Di sisi lain mayarakat kelas bawah pada umumnya juga kurang memperhatikan dan tidak mau tahu tentang sanitasi yang bersih dan sehat. Tapi justru lahan baru yang dianggap meragukan prospeknya ini dengan “gagah berani” digeluti oleh BMT BUS sejak beberapa bulan terakhir  melalui penyaluran kredit lunak untuk pengadaan sanitasi sehat dan air minum di beberapa lokasi. Ditemui di kantornya di Lasem, direktur bisnis BMT BUS Zul Akmal Syafe’i mengatakan kucuran kredit sanitasi ini sudah berjalan lebih kurang satu tahun dan menjangkau sebagian masyarakat di Kabupaten Rembang. “Selain berbisnis kami juga mendasari dengan niat ibadah membantu masyarakat golongan bawah. Alhamdulillah pengembalian kredit yang diangsur antara 1 sampai 2 tahun berjalan lancer meskipun tanpa jaminan. Tanpa syarat yang neko-neko kami setujui pengajuan kredit jika itu untuk pengadaan sanitasi”.
Keterangan Zul adalah kejutan kedua karena selama ini Lembaga Keuangan selalu meminta jaminan jika ada yang mengajukan kredit.


Saat memulai kunjungan ke lokasi disitulah kami merasa sadar bahwa masalah sanitasi adalah bom waktu yang siap meledak seiring pertumbuhan jumlah manusia yang kian membengkak. Kami mengunjungi desa Doropayung dan desa Toyuhan di Kecamatan Pancur serta desa Karangmayu di Kecamatan Sarang. Hampir sebagian besar rumah tangga tidak mempunyai jamban dan sarana air bersih. Jikapun ada kondisinya belum bisa dikatakan sehat. Warga masih BAB di sawah ataupun kebun dan membiarkan kotoran itu tergeletak begitu saja di tempat terbuka. Jika malam atau kondisi hujan mereka BAB di rumah dan ditampung di tas kresek kemudian membuangnya di kebun. Bisa dibayangkan jika ada orang lewat yang terkena lemparan plastik ini pasti bisa menimbulkan masalah lain. Ada lagi yang membuat galian tanah sedalam satu meter dan meletakkan kayu di atasnya sebagai pijakan saat BAB. Memang lebih manusiawi dibandingkan pelempar plastik tapi penyebaran bibit penyakit masih mengintai karena lalat tetap merubung. Yang punya SDM agak lumayan sudah membuat jamban layak di rumah tapi saluran pembuangannya juga masih masuk ke sungai.
Kondisi yang demikian ternyata tidak melulu didasari oleh kemiskinan tapi lebih kepada ketidakmauan. Warga yang tergolong mampu juga masih banyak yang belum memiliki jamban meskipun rumah dan perabotannya tergolong mewah.


Kondisi yang seperti inilah yang ingin dirubah oleh water.org dengan menggandeng BMT BUS sebagai mitra.  “Yang perlu kita rubah lebih dahulu adalah gaya hidup masyarakatnya untuk mengubah pola dan memperhatikan kesehatan”, kata Fay dari water.org.
“Untuk mendapatkan hasil yang benar-benar tepat sasaran, kredit dari BMT BUS tidak diberikan dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk jamban yang sudah terpasang plus septictank sesuai standar kesehatan. Begitu juga dengan pemasangan instalasi air bersih PDAM. Masyarakat tinggal memilih jangka waktu pengembalian sesuai kemampuan. Dan untuk lebih memperingan cicilan ada sebagian nasabah yang menabung harian melalui petugas BMT yang menerapkan system jemput bola sehingga pada saat jatuh tempo tidak terasa berat”, tambah Zul.

Diam-diam sepak terjang water.org dan BMT BUS patut diacungi jempol karena perannya sangat terasa bagi masyarakat dan terutama demi menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.  Kekhawatiran yang menjadi momok Lembaga Keuangan tentang kredit macet ternyata tak terbukti jika ada pendekatan dan dukungan dari aparat pemerintah (dalam hal ini Pemerintah Desa).

Sample yang diambil di Rembang hanyalah setitik kecil air di lautan permasalahan sanitasi di Indonesia. Masih banyak tempat lain yang kondisinya sama atau bahkan lebih parah. Tugas bagi water.org untuk membebaskan masyarakat dari  belitan masalah kesehatan dan ketersediaan air bersih yang mencukupi.



Artikel ini dibuat untuk water.org

2 komentar:

  1. Aku berharap program seperti ini bisa "menular" ke daerah lain.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus